Facebook Twitter Google RSS

Friday 15 November 2013

Tugas Pendidikan Agama Islam Tafsir ayat tentang Musyawarah

Mr.S     02:07  No comments

Hai sahabat bloger :). 
Jumpa lagi di blog saya yang semoga bermanfaat bagi sahabat semua. Kali ini saya akan berbagi Tafsir ayat tentang musyawarah, yaitu Q.S. Ali Imran  ayat 159 dan Q.S. Asy-Syura ayat 38.
Tafsir ini meliputi Tafsir Al-Misbah, Al-Ibriz, Al-Azhar, Jalalain, dan tafsir Ibnu Katsir.
Kalau mau Copy Paste dari blog saya silahkan, asalkan cantumkan sumbernya ya. :D
Langsung saja simak baik-baik



“AYAT-AYAT TENTANG MUSYAWARAH”

A.               AYAT DAN  TERJEMAHAN

  •      Q.S. Ali Imran  ayat 159

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ  
Terjemahan  :
“Maka dengan rahmat dari Allah engkau bersikap lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap kasar dan berhati keras, niscaya mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkan ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan. Kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakkallah kepada-Nya (QS. Al­i Imran: 159)
  •      Q.S.  Asy-Syura ayat 38
وَالَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِرَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَمْرُهُمْ شُورَى بَيْنَهُمْ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُون
Terjemahan :
(Bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya, mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada mereka.” (QS. Al-Syura: 38)

B.            TAFSIR
·        Al- Misbah
    QS. Ali Imran ayat 159
  Bahwa surat Ali Imran diturunkan seusai Perang Uhud. Ketika itu sebagian sahabat ada yang melanggar perintah Nabi. Akibat pelanggaran itu akhirnya menyeret kaum muslimin ke dalam kegagalan sehingga kaum musyrikin dapat mengalahkan mereka (kaum muslimin) dan umat Islam menderita kehilangan tujuh pukuh sahabat terbaik, diantaranya adalah Hamzah, Mush’ab, dan Sa’ad bin ar Rabi’. Namun Rasulullah tetap diserukan untuk bersabar, tahan uji dan bersikap lemah lembut, tidak mencela kesalahan para sahabatnya dan tetap bermusyawarah dengan mereka, sebagaimana yang terkandung dalam surat Ali Imran ayat 159. Para sahabat merasa bersalah dan takut kalau Rasulullah tidak mengajak bermusyawarah lagi, karena ide keluar menemui musuh adalah dari mereka. Yang demikian sebagaimana dikatakan Muhammad Thahir bin ‘Asyur. Dalam peperangan Uhud, Rasulullah menerima ide para sahabat dalam bermusyawarah, mereka merasa bersalah.
QS. As-Syura ayat 38
Merupakan surat yang diturunkan di Mekkah sebelum hijriah dan sebelum berdirinya daulah Islamiyah (era Madinah), Ini menunjukan bahwa musyawarah merupakan salah satu karakteristik penting yang khas bagi umat Islam, selain uman kepada Allah, mendirikan shalat, saling menolong dalam masalah ekonomi. Oleh karena itu Allah memuji orang yang melaksanakannya. Musyawarah merupakan salah satu ibadah terpenting. Oleh sebab itu, yang mengingkari atau mengabaikan musyawarat dapat dianggap sebagai masyarakat yang cacat dalam komitmen terhadap salah satu bentuk ibadah. Dari ayat tersebut di atas dapat diketahui, bahwa sebelum masa hijrah, kaum muslimin sudah mengenal musyawarah. Sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an.
·        Tafsir Al- Ibriz
QS.Ali Imran ayat 159
Dalam surat ini disebutkan fa’fu ‘anhum (maafkan mereka). Maaf secara harfiah berarti “menghapus”. Memaafkan adalah menghapuskan bekas luka dihati akibat perilaku pihak lain yang tidak wajar. Ini perlu karena tiada musyawarah tanpa pihak lain, sedangkan kecerahan pikiran hanya hadir bersamaan dengan sinarnya kekeruhan hati.
Disisi lain, orang yang bermusyawarah harus menyiapkan mental atau selalu memberi maaf. Karena mungkin saja ketika bermusyawarah terjadi perbedaan pendapat, atau keluar kalimat-kalimat yang menyinggung perasaan orang lain. Dan bila hal-hal itu masuk kedalam hati, akan mengeruh pikiran, bahkan boleh jadi akan mengubah musyawarah menjadi pertengkaran. Itulah kandungan pesan fa’fu anhum.
Asbabul-Nuzul dari ayat ini adalah pada waktu kaum muslimin mendapatkan kemenangan dalam Perang Badar, banyak orang-orang kaum musyrikin yang menjadi tawanan perang. Untuk menyelesaikan masalah itu Rasulallah SAW mengadakan musyawarah dengan Abu Bakar Shiddik dan Umar bin Khattab. Rasulullah SAW meminta pendapat Abu Bakar tentang tawanan perang tersebut. Abu Bakar memberikan pendapatnya, bahwa tawanan perang itu sebaiknya dikembalikan ke keluarganya dengan membayar tebusan. Hal mana sebagai bukti bahwa Islam itu lunak, apalagi kehadirannya baru saja. Kepada Umar bin Khattab juga dimintai pendapatnya. Dia mengemukakan, bahwa tawanan perang itu dibunuh saja. Yang diperintahkan membunuh adalah keluarganya. Hal ini dimaksudkan agar dibelakang hari, mereka tidak berani menghina dan mencaci Islam. Sebab bagaimanapun Islam perlu memperlihatkan kekuataannya dimata mereka. Dari dua pendapat yang bertolak belakang ini, Rasulullah SAW sangat kesulitan untuk mengambil kesimpulan. Akhirnya Allah SWT menurunkan ayat ini yang menegaskan agar Rasulallah SAW berbuat lemah lembut. Kalau bersikeras hati mereka tidak akan menarik simpati sehingga mereka akan lari dari ajaran Islam. Alhasil ayat ini diturunkan sebagai dukungan atas pendapat Abu Bakar Shiddik. Di sisi lain memberi peringatan kepada Umar Bin Khattab. Apabila dalam permusyawarahan pendapatnya tidak diterima, hendaklah bertawakkallah kepada Allah SWT. Sebab Allah Sangat mencintai orang – orang yang bertawakal. Dengan turunnya ayat ini maka tawanan perang itupun dilepaskan sebagaimana saran Abu Bakar.
Rasulullah juga bermusyawarah dengan para sahabatnya pada waktu menghadapi Perang Badar dengan menawarkan idenya untuk menghadang kafilah Musyrikin Quraisy yang kembali dari Syam. Ide tersebut disepakati oleh para sahabat dengan kata – kata yang meyakinkan. Mereka berkata “Ya Rasulalla, sekiranya engkau mengajak kami berjalan menyeberangi lautan ini, tentu akan kami lakukan dan sekali – kali tidaklah kami akan bersikap sabar seperti kaum Musa yang berkata kepada nabinya, pergilah engkau bersama Tuhanmu berperang, Sedang kami akan tetap tinggal disini. Dalam masalah peperangan dan sebagainya yang tidak ada di turunkan nash tentang hal itu untuk mengeluarkan pendapat, memperbaiki diri dan mengangkat kekuasaan mereka.
QS. Asy-Syura ayat 38
Ayat ini turun sebagai pujian kepada kelompok Muslim Madinah ( Anshar) yang bersedia membela Nabi SAW. Dan menyepakati hal tersebut melalui musyawarah yang mereka laksanakann di rumah Abu Ayub Al Anshari. Namun demikian, ayat ini juga berlaku umum, mencakup setiap kelompok yang melakukan musyawarah.
Kata amruhum/urusan mereka menunjukan bahwa yang mereka musyawarahkan adalah hal-hal yang berkaitan dengan mereka serta yang berada dalam wewenang mereka. Karena itu masalah madhah/ murni yang sepenuhnya berada dalam wewenang Allah, tidaklah termasuh hal-hal yang dapat dimusyawarahkan. Di sisi lain, mereka yang tidak berwenang dalam urusan yang dimaksud, tidaklah perlu terlibat dalam musyawarah itu, kecuali jika diajak oleh yang berwenang, kerena boleh jadi yang mereka musyawarahkan adalah persoalan rahasia antar mereka. Al-Marghi mengatakan apabila mereka berkumpul mereka mengadakan musyawarah untuk memeranginya dan membersihkan sehingga tidak ada lagi peperangan dan sebagainya. Ibnu Katsir menjelaskan bahwa mereka bermusyawarah di dalam mengambil suatu keputusan  untuk mereka ikuti pendapat itu, contohnya dalam peperangan.





·        Tafsir Al Azhar
QS. Ali Imran ayat 159
Di dalam ayat ini bertemulah pujian tinggi dari Allah terhadap Rasul Nya, karena sikapnya lemah lembut, tidak lekas marah kepada umatnya yang tengah dituntun dan dididiknya iman mereka lebih sempurna. Sudah demikian kesalahan beberapa orang yang meninggalkan tugasnya. Karena lupa akan harta itu, namun Rasulullah tidak terus marah-marah saja. Melainkan dengan jiwa besar mereka dipimpin. Dalam ayat ini Allah menegaskan sebagai pujian pada Rasulullah, bahwasanya sikap yang lemah lembut itu, ialah karena kedalam dirinya telah dimasukan oleh Allah rahmat-Nya.
Dengan sanjungan Allah yang sangat tinggi kepada Rasul-Nya, karena lemah lembut-Nya itu, berarti bahwa Allah senang sekali jika sikap itu diteruskan. Pemimpin yang kasar dan berkeras hati atau kaku sikapnya, akan seganlah orang menghampiri. Orang akan menjauh satu per satu, sehingga dia “akan mengantang asap” sendirian.
Kepada beberapa diantaranya kita umat Muhammad yang diberi pula tugas dari Allah untuk mewarisi Nabi, melanjutkan kepemimpinan beliau, dengan ayat ini diberi pulalah tuntunan, bahwasannya seorang pemimpin yang selalu hanya bersikap kasar dan berkeras hati, tidaklah akan jaya dalam memimpin. Didalam ayat ini juga dijelaskan bahwa jika ada yang berbuat kesalahan maka kita wajib memaafkannya. Dan Inilah inti dari kepemimpinan itu.
”apabila telah bulat hatimu, maka tawakallah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat suka kepada orang-orang yang bertawakal.”
 QS. Asy-Syura ayat 38
Orang-orang yang menerima seruan Tuhannya, hendaknya mendirikan shalat, sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarah antara mereka, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang telah Allah berikan kepada mereka.
·         Tafsir Ibnu Katsir
QS.  Ali Imran ayat 159
Rasulallah menggunakan musyawarah untuk meminta nasihat berbagai perkara kepada para sahabatnya, untuk menyenangkan hati dan supaya mereka aktif dalam melaksanakan keputusan yang mereka peroleh. Sebagai contoh sebelum Perang Badar, Pertempuran Uhud, ketika Perang Khandaq ( parit ) dan ketika menyerang penyembah berhala di hari Hudaybiyyah serta pada hari Ifk yaitu tuduhan palsu terhadap Ummul  Mukminin Aisyah R.A berzina.
QS. Asy-Syura ayat 38
Syura hukumnya adalah sunah dan orang menginfakkan hartanya untuk jalan kebaikandan mensedekahkan kepada orang yang membutuhkannya dan ibadah yang mengorbankan hartanya itu ada yang wajib seperti zakat, adapula yang mandub seperti infak dan sedekah.






·         Tafsir Jalalain
QS.  Ali Imran ayat 159
Maka berkat rahmat dari Allah kamu menjadi lemah lembut hai Muhammad (kepada mereka) sehingga kamu hadapi pelanggaran mereka terhadap perintahmuitu dengan sikap lunak (dan sekiranya kamu bersikap keras) artinya akhlakmu jelek dan tidak terpuji ( berhati kasar ) hingga kamu mengambil tindakan keras terhadap mereka (tentulah mereka akan manjauhkan diri dari sekelilingmu, maka maafkanlah mereka) atas kesalahan yang mereka perbuat (dan mintakanlah ampunan  bagi mereka) atas kesalahan-kesalahan itu hingga ku ampuni (serta berundinglah dengan mereka) artinya mintalah pendapat atau buah piker mereka (mengenai urusan itu) yakni urusan peperangan dan lain-lain demi mengambil hati mereka, dan agar umatmu meniru sunah dan jejak langkahmu, maka Rasulallah SAW banyak bermusyawarah dengan mereka. (Kemudian apabila kamu telah berketetapan hati) untuk melaksanakan apa yang kamu kehendaki setelah bermusyawarah itu (maka bertawakallah kepada Allah) artinya percayalah kepada-Nya. (Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal) kepada-Nya.
QS. Asy-Syura ayat 38
(Bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya, mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada mereka.

C.    KESIMPULAN
Musyawarah sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari seperti ajaran Islam  yang telah terjadi pada masa pemerintahan Rasulallah seperti contoh-contoh diatas. Dengan musyawarah kita akan mendapatkan keputusan yang sesuai dengan pendapat semua orang yang ikut bermusyawarah. Bermusyawarah juga dapat melatih jiwa kepemimpinan. Seorang pemimpin hendaknya mencontoh Nabi Muhammad SAW yang bersikap lemah lembut, dan tidak kasar atau berkeras hati supaya disegani orang dan tidak dijauhi orang lain seperti yang terkandung dalam Q.S Ali Imran ayat 159 di atas.  Tidak seperti zaman sekarang banyak pemimpin yang kasar dan egois sehingga mereka tidak disegani masyarakat.  Setelah musyawarah itu sudah mencapai mufakat, kita harus  melaksanakan keputusan tersebut dengan sepenuh hati dan hendaknya bertawakal kepada Allah SWT, karena Allah SWT menyukai orang-orang yang takwa. Kita juga harus mematuhi perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya seperti mendirikan sholat wajib dan bersedekah atas sebagian harta yang telah diberikan oleh Allah kepada kita dan kita juga harus menjalankan keputusan hasil musyawarah dengan ikhlas sehingga keputusan kita akan di ridhoi oleh Allah SWT seperti isi kandungan Q.S Asy-Syura ayat 38 di atas.

Mr.S


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Ut odio. Nam sed est. Nam a risus et est iaculis adipiscing. Vestibulum ante ipsum faucibus luctus et ultrices.
View all posts by Naveed →

0 comments :